Pertamina Berinovasi dengan Proyek Carbon untuk Menjaga Keberlanjutan Lingkungan
- Kamis, 14 November 2024
Baku – PT Pertamina (Persero) mulai menggali potensi besar di pasar karbon sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dalam sesi panel yang digelar di COP 29 di Baku, Azerbaijan, John Anis, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), mengungkapkan bahwa perdagangan karbon menjadi salah satu strategi utama dalam transisi energi yang tengah dijalankan oleh Pertamina.
John menekankan bahwa Indonesia memiliki peluang besar dalam pasar karbon, berkat pengembangan energi terbarukan dan inisiatif konservasi alam yang dilakukan Pertamina. Salah satunya adalah kolaborasi dalam program konservasi mangrove yang berpotensi menghasilkan kredit karbon.
“Kami memiliki dua pendekatan dalam perdagangan karbon: pertama, mengembangkan teknologi energi terbarukan yang sudah kami jalankan. Kedua, bekerja sama dengan mitra strategis dalam proyek konservasi alam, seperti mangrove, yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai kredit karbon,” ujar John.
Baca JugaPLN Enjiniring Kembangkan Pasar Oksigen Rendah Karbon, Tim GOXY Raih Juara III di HLN ke-79
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan proyeksi harga karbon yang semakin menguntungkan, John optimis bahwa pasar karbon di Indonesia akan berkembang pesat. “Kami percaya pasar karbon di Indonesia akan semakin besar, terutama ketika pemerintah memperkenalkan mekanisme penyimpanan karbon dalam beberapa tahun mendatang,” jelasnya.
Sebagai bagian dari komitmennya untuk mengurangi emisi domestik, PNRE juga telah meluncurkan sejumlah inisiatif efisiensi energi, penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS), serta menghapus kebocoran gas (zero flaring) di seluruh unit operasionalnya.
“Kami tidak hanya ingin memenuhi target, tetapi juga berusaha menciptakan model bisnis yang ramah lingkungan dan mendukung transisi energi berkelanjutan,” tambah John.
Selain itu, Pertamina juga bekerjasama dengan mitra internasional seperti ExxonMobil dan perusahaan Jepang untuk mengembangkan proyek penyimpanan karbon dengan memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang sudah tidak aktif di Indonesia. Potensi penyimpanan karbon di Indonesia diperkirakan dapat mencapai hingga 5 gigaton CO2, yang dapat memberikan dampak besar bagi pengurangan emisi negara ini.
John juga menekankan bahwa Pertamina berperan dalam mendukung berbagai acara yang berfokus pada pencapaian net zero, melalui kompensasi kredit karbon dan adopsi sertifikasi net zero dalam kegiatan internal perusahaan. “Generasi muda semakin menyadari pentingnya pengelolaan lingkungan, dan ini menunjukkan bahwa Pertamina tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga pada masa depan yang lebih hijau,” kata John.
Dengan langkah-langkah ini, Pertamina menunjukkan komitmennya sebagai pemimpin dalam industri energi yang berorientasi pada keberlanjutan. Selain itu, melalui penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), Pertamina terus mempercepat upaya transisi energi menuju masa depan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Redaksi
insiderindonesia adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PublikaLabs dan FORPAIP Sukses Gelar Workshop Content Creator 2024 di Depok
- Minggu, 27 Oktober 2024
Apa Itu Press Release? Cara Efektif Meningkatkan Visibilitas Brand Kamu
- Selasa, 22 Oktober 2024
Berita Lainnya
Pertamina Mengoptimalkan Teknologi Carbon untuk Menurunkan Jejak Karbon Industri
- Kamis, 14 November 2024
Pertamina Memimpin Industri dengan Solusi Carbon untuk Transisi Energi yang Lebih Hijau
- Selasa, 12 November 2024
Pertamina Dorong Transformasi Energi melalui Proyek Carbon yang Inovatif
- Kamis, 14 November 2024
Pertamina Kembangkan Bisnis Carbon untuk Dukung Transisi Menuju Emisi Nol
- Selasa, 12 November 2024