Masyarakat Terbantu oleh Inovasi Cofiring PLN Indonesia Power dalam Transisi Energi

Minggu, 11 Agustus 2024 | 18:51:57 WIB

PLN Indonesia Power (PLN IP) berhasil mengoptimalkan limbah serbuk gergaji menjadi sumber energi alternatif di PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat. Melalui inovasi cofiring, biomassa sawdust kini dicampurkan dengan bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik. Langkah ini tidak hanya mendukung transisi energi menuju sumber daya yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa pemanfaatan biomassa sawdust merupakan komitmen perusahaan dalam mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Selain mengurangi ketergantungan pada batubara, cofiring juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan limbah yang efektif.

"Pemanfaatan biomassa di PLTU Bengkayang akan mengurangi emisi dari sektor kelistrikan, ini adalah bentuk dukungan PLN Indonesia Power sebagai Subholding PLN kepada Pemerintah dalam upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060," kata Edwin.

Edwin mengungkapkan, uji bakar cofiring biomassa sawdust pada PLTU Bengkayang merupakan konversi bahan bakar fosil batubara dengan bahan bakar biomassa. Uji bakar tersebut menggunakan 250 ton atau 10% dari total pemakaian batubara PLTU Bengkayang per harinya.

"Uji bakar cofiring biomassa sawdust pada PLTU Bengkayang telah kami laksanakan dengan presentase 10% dari total pemakaian batubara, ini merupakan salah satu komitmen PLN dalam mendukung konversi energi baru terbarukan," tuturnya.

Sementara itu, Manajer PLN IP UBP Singkawang Slamet Muji Raharjo mengatakan target produksi listrik yang bersumber dari biomassa pada PLTU Bengkayang sebesar 5.000 MW, artinya sekitar 4% dari total keseluruhan produksi listrik yang dihasilkan PLTU tersebut dalam waktu satu tahun.

"Setelah uji bakar cofiring sawdust ini kedepannya tentu kami akan lakukan secara berkelanjutan menggunakan biomassa sawdust dan alternatif lainnya," ujar Slamet.

Dalam prosesnya, pemanfaatan biomassa sawdust sebagai energi primer PLTU Bengkayang ini melibatkan masyarakat, salah satunya melalui kelompok Sawmill. Ketua Sawmill Muhsinin mengaku mendapat manfaat dengan adanya program cofiring sawdust, yaitu meningkatkan produktifitas Sawmill. Sebelumnya limbah sawdust memenuhi area kerja sehingga area kerja menjadi terbatas dan kotor, namun kini dengan adanya program _cofiring di PLTU Bengkayang dirasa dapat memberikan nilai ekonomi sehingga penghasilan dapat meningkat serta dapat menyerap tenaga kerja baru.

"Pekerja yang dilibatkan dalam ekosistem biomassa sebelumnya merupakan pengangguran, sehingga dengan adanya program ini sangat membantu memberikan penghasilan per orang Rp 100 ribu per truk dengan asumsi 1 hari 1 truk maka 1 bulan mendapat penghasilan Rp 3 juta yang mana ini lebih besar dari UMK di Mempawah sebesar Rp 2,7 juta. Penghasilan tesebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk sekolah anak," jelas Muhsinin.

Muhsinin melanjutkan, selain berdampak pada kesejahteraan masyarakat, program pemanfaatan sawdust untuk cofiring juga berdampak pada perbaikan lingkungan. Dimana dengan program ini dapat secara langsung mengatasi permasalahan limbah kayu.

"Biomassa yang berasal dari sawdust ini memberikan beragam manfaat, baik dari sisi kesehajeraan masyarakat hingga kelestarian lingkungan," imbuhnya.

PLN IP sebelumnya juga telah melaksanakan cofiring pada PLTU Bengkayang, dengan memanfaatkan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti batubara.

Pemanfaatan LRUK tersebut merupakan wujud kolaborasi antara PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang bersama Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Barat.

Berita menarik terkait PLN Indonesia Power lainnya dapat diakses pada portal www.plnindonesiapower.co.id

Terkini