Transisi Energi Hijau: Komitmen PLN Indonesia Power

Minggu, 17 November 2024 | 12:14:45 WIB

Jakarta – PLN Indonesia Power, sebagai perusahaan pembangkit listrik terkemuka di Asia Tenggara, telah melakukan sejumlah transformasi untuk menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik. Upaya ini juga bertujuan mendukung transisi energi nasional demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen penuh untuk mempercepat pencapaian target energi berkelanjutan di Indonesia, sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

"PLN IP adalah salah satu subholding PLN yang memiliki peran strategis dalam menyediakan solusi energi, termasuk pembangkitan tenaga listrik di berbagai wilayah Indonesia dan pengembangan bisnis beyond KWh," ungkap Edwin.

Sebelum meraih penghargaan sebagai salah satu perusahaan terbaik yang berhasil melakukan transformasi bisnis di tengah dinamika dunia usaha, PLN Indonesia Power menghadapi lima tantangan utama. Proses transformasi yang dilakukan ini mendapat pengakuan dengan diraihnya penghargaan Indonesia Best Business Transformation 2024, bersama berbagai perusahaan papan atas lainnya di Indonesia.

“Tantangan pertama terkait pembentukan holding-subholding yang berdampak pada peningkatan kapasitas pembangkit PLN IP dari 10 GW menjadi 21 GW. Kedua, PLN IP turut mendukung visi Transformasi 2.0 PLN untuk masuk dalam jajaran 500 perusahaan global teratas," papar Edwin.

Selanjutnya, roadmap menuju pencapaian NZE 2060, partisipasi aktif dalam Sustainable Development Goals (SDGs), dan percepatan pengembangan bisnis pembangkit hijau serta beyond KWh menjadi elemen kunci dalam transformasi perusahaan.

Untuk meningkatkan kinerja pembangkit, PLN IP meluncurkan Digital Power Plant atau Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC). Program ini memungkinkan pemantauan kinerja pembangkit secara real-time menggunakan teknologi digital, yang bertujuan untuk mengoptimalkan faktor ketersediaan (Equivalent Availability Factor/EAF) dan menurunkan angka kerusakan (Equivalent Forced Outage Rate/EFOR).

Sejak implementasi Transformasi 2.0, PLN IP menghubungkan pembangkit listrik ke sistem REOC, yang mendukung efisiensi dan pemantauan operasional yang lebih baik. “Kami ingin memastikan bahwa seluruh unit pembangkit terhubung ke sistem ini untuk mendukung efisiensi dan keandalan operasional,” kata Edwin.

Pada tahun 2023, PLN IP mencatat pencapaian EAF sebesar 89,54% dan EFOR di angka 3,63%, menunjukkan kemajuan signifikan dan mengarah pada standar Top 10% North American Electric Reliability Corporation (NERC) untuk kinerja pembangkit listrik.

Edwin menekankan bahwa transformasi juga mencakup peningkatan kinerja dalam aspek Environmental, Social and Governance (ESG), terlihat dari pencapaian PROPER Beyond Compliance dalam 10 tahun terakhir.

“Kami akan terus meningkatkan kinerja PROPER di seluruh unit bisnis kami yang saat ini berjumlah 36 unit,” tutupnya.

Informasi lebih lanjut mengenai PLN Indonesia Power tersedia di www.plnindonesiapower.co.id.

Terkini