Langkah PLN Indonesia Power dalam Menghadapi Tantangan Transisi Energi

Minggu, 17 November 2024 | 11:33:59 WIB

Jakarta – PLN Indonesia Power, sebagai perusahaan pembangkit listrik terbesar dan terbaik di Asia Tenggara, terus melakukan berbagai inovasi dan transformasi untuk menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Langkah-langkah ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung transisi energi Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menegaskan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mewujudkan energi berkelanjutan di Indonesia, mendukung pengurangan emisi karbon global, dan mengadopsi teknologi yang lebih ramah lingkungan.

"Sebagai subholding strategis PLN, PLN IP berperan penting sebagai penyedia solusi energi, mulai dari pembangkitan listrik di berbagai daerah hingga pengembangan bisnis beyond KWh," ujar Edwin.

Edwin menjelaskan bahwa transformasi PLN Indonesia Power berawal dari lima tantangan utama yang dihadapi perusahaan, terutama pasca-pandemi Covid-19. Atas upaya transformasi ini, PLN Indonesia Power meraih penghargaan Indonesia Best Business Transformation 2024 dengan predikat sangat baik, bersaing dengan banyak perusahaan terkemuka lainnya.

“Tantangan pertama adalah pembentukan holding-subholding yang menyebabkan peralihan aset pembangkitan ke PLN IP, sehingga kapasitas pembangkitan meningkat dari 10 GW menjadi 21 GW. Kedua, visi Transformasi 2.0 PLN untuk menjadi salah satu dari 500 perusahaan teratas dunia, di mana PLN IP turut berperan aktif," jelas Edwin.

Ia juga menyoroti roadmap untuk mencapai NZE 2060, partisipasi dalam Sustainable Development Goals (SDGs), serta upaya mempercepat pengembangan bisnis pembangkit hijau dan beyond KWh sebagai tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan.

PLN IP meluncurkan Digital Power Plant atau Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC) untuk meningkatkan kinerja pembangkit listrik melalui pemantauan real-time berbasis digital. Program ini diharapkan dapat mengoptimalkan dua indikator utama, yaitu Equivalent Availability Factor (EAF) dan Equivalent Forced Outage Rate (EFOR).

Sejak dimulainya Transformasi 2.0, PLN IP telah berhasil menghubungkan pembangkit listrik ke sistem REOC, memungkinkan pemantauan dan pengelolaan yang lebih efisien. “Kami berkomitmen untuk menghubungkan seluruh unit pembangkit ke sistem ini guna meningkatkan efisiensi operasional dan keandalan,” tutur Edwin.

Pada tahun 2023, PLN IP mencatat kemajuan dengan EAF mencapai 89,54% dan EFOR sebesar 3,63%. Hal ini menempatkan PLN IP di jalur menuju standar Top 10% North American Electric Reliability Corporation (NERC) untuk kinerja pembangkit listrik.

Edwin menambahkan, transformasi PLN IP dalam aspek keberlanjutan telah meningkatkan pencapaian dalam Environmental, Social and Governance (ESG) dalam satu dekade terakhir, sebagaimana terlihat dari kinerja PROPER Beyond Compliance.

“PLN IP akan terus meningkatkan pencapaian PROPER pada seluruh unit bisnis yang kini berjumlah 36 unit,” tutup Edwin.

Berita lebih lanjut terkait PLN Indonesia Power dapat diakses di portal www.plnindonesiapower.co.id.

Terkini