Pertamina Dorong Pengelolaan Carbon Berbasis Teknologi

Senin, 18 November 2024 | 19:53:34 WIB

Baku – PT Pertamina (Persero) membuka peluang besar di sektor bisnis karbon guna mendukung transisi energi berkelanjutan dan pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Dalam sesi panel di COP 29 di Baku, Azerbaijan, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, mengungkapkan berbagai strategi perusahaan untuk memperkuat perannya di pasar karbon dan berkontribusi pada pengurangan emisi global.

John menjelaskan bahwa perdagangan karbon tidak hanya berpotensi besar bagi perusahaan energi, tetapi juga dapat membawa manfaat signifikan bagi lingkungan. Pertamina telah mengadopsi dua pendekatan utama: solusi berbasis teknologi dan solusi berbasis alam. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah kolaborasi dalam proyek konservasi mangrove bersama mitra strategis, yang berpotensi dikembangkan menjadi kredit karbon.

“Strategi kami meliputi solusi berbasis teknologi, seperti pengembangan energi terbarukan, serta solusi berbasis alam, misalnya pelestarian mangrove. Upaya ini dapat digunakan untuk menciptakan kredit karbon yang dapat diperdagangkan,” kata John.

John menambahkan bahwa pasar karbon di Indonesia diprediksi terus tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan dan harga karbon yang semakin kompetitif. Hal ini akan didukung oleh peran pemerintah dalam memperkenalkan mekanisme penyimpanan karbon yang lebih luas.

Selain itu, PNRE menunjukkan komitmen kuat dalam mengurangi emisi melalui berbagai inisiatif, seperti meningkatkan efisiensi energi di unit-unit operasional, menghapus zero flaring, serta menggunakan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

“Kami tidak hanya berfokus pada pencapaian target emisi, tetapi juga menciptakan model bisnis yang sejalan dengan masa depan rendah emisi dan mempercepat transisi energi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Pertamina juga bekerja sama dengan mitra internasional, termasuk ExxonMobil dan perusahaan asal Jepang, untuk mengembangkan proyek penyimpanan CO2 dengan memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang sudah tidak aktif di Indonesia. Potensi penyimpanan ini mencapai hingga 5 gigaton CO2, memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi di Indonesia.

John menekankan bahwa keterlibatan Pertamina dalam berbagai kegiatan terkait net zero, termasuk kompensasi kredit karbon dan sertifikasi net zero, adalah bukti komitmen perusahaan untuk masa depan yang lebih hijau.

“Dengan kepedulian yang terus meningkat di kalangan generasi muda terhadap isu lingkungan, kami berusaha menunjukkan bahwa bisnis ini berorientasi pada keberlanjutan, tidak hanya profit,” tutup John.

Melalui langkah-langkah ini, Pertamina memperkuat posisinya sebagai pemimpin transisi energi berkelanjutan yang berkomitmen mendukung pencapaian NZE 2060, sejalan dengan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh operasionalnya.

Terkini