Teknologi Penyimpanan Carbon: Solusi Strategis Pertamina

Kamis, 14 November 2024 | 15:27:08 WIB

Baku – PT Pertamina (Persero) membuka peluang bisnis karbon guna mempercepat transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Dalam acara COP 29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, menjelaskan berbagai strategi perusahaan untuk mengembangkan bisnis karbon yang inovatif dan berkelanjutan.

John menyoroti bahwa perdagangan karbon dapat menjadi peluang besar bagi perusahaan energi sekaligus memberikan dampak positif pada lingkungan. Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia, Pertamina telah menginisiasi proyek berbasis teknologi energi terbarukan dan kolaborasi dalam konservasi alam, termasuk program mangrove bersama mitra strategis.

“Ada dua pendekatan utama yang kami gunakan dalam perdagangan karbon: solusi berbasis teknologi, seperti energi terbarukan, serta solusi berbasis alam, termasuk proyek konservasi mangrove. Proyek ini nantinya dapat diintegrasikan ke dalam kredit karbon,” ujar John.

John juga mengamati bahwa permintaan karbon terus meningkat, sementara harga karbon di pasar global dan domestik semakin kompetitif. Potensi pasar karbon di Indonesia diharapkan terus berkembang, terlebih ketika pemerintah memperkenalkan mekanisme penyimpanan karbon yang lebih luas.

Dalam komitmennya mengurangi emisi, PNRE menjalankan sejumlah inisiatif seperti efisiensi energi di seluruh unit operasi, mengeliminasi aktivitas zero flaring, serta mengembangkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

“Bukan sekadar memenuhi target, tetapi menciptakan bisnis yang mendukung masa depan rendah emisi dan mempercepat transisi menuju energi berkelanjutan,” tambahnya.

Pertamina juga bermitra dengan berbagai perusahaan global, seperti ExxonMobil dan perusahaan Jepang, untuk pengembangan proyek penyimpanan CO2 yang memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang telah tidak aktif di Indonesia. Potensi kapasitas penyimpanan ini diperkirakan mencapai hingga 5 gigaton CO2, berpotensi memberikan kontribusi besar dalam pengurangan emisi karbon Indonesia.

John menambahkan bahwa keterlibatan Pertamina dalam berbagai inisiatif net zero, termasuk kompensasi kredit karbon dan adopsi sertifikasi net zero, menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mewujudkan lingkungan yang lebih hijau.

“Generasi muda kini semakin peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. Kami menunjukkan bahwa bisnis ini tidak hanya berfokus pada profitabilitas, tetapi juga pada masa depan yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.

Dengan langkah-langkah ini, Pertamina mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin dalam transisi energi, berkomitmen mendukung target NZE 2060, serta memastikan semua programnya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh operasionalnya.

Terkini