Pertamina Optimalkan Teknologi Carbon untuk Mewujudkan Energi Berkelanjutan

Sabtu, 16 November 2024 | 14:06:24 WIB

Baku – PT Pertamina (Persero) mulai mengeksplorasi peluang dalam perdagangan karbon untuk mendukung transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dalam sesi panel di COP 29, Baku, Azerbaijan, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, mengungkapkan berbagai strategi yang akan digunakan Pertamina untuk mengembangkan bisnis karbon.

John menekankan potensi besar yang dimiliki perdagangan karbon, baik bagi perusahaan energi maupun bagi pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki peluang yang tak kalah besar, termasuk melalui solusi energi terbarukan dan proyek konservasi mangrove yang sedang dilaksanakan oleh Pertamina bersama mitra strategis.

“Kami memiliki dua pendekatan utama dalam perdagangan karbon: pertama, solusi berbasis teknologi seperti energi terbarukan yang telah kami kembangkan. Kedua, solusi berbasis alam, seperti konservasi mangrove yang dilakukan bersama mitra, yang nantinya dapat dijadikan kredit karbon,” kata John.

Dengan meningkatnya permintaan dan proyeksi harga karbon yang semakin kompetitif, baik di pasar global maupun Indonesia, John percaya bahwa pasar karbon Indonesia memiliki potensi besar di masa depan, terutama dengan mulai diperkenalkannya mekanisme penyimpanan karbon oleh pemerintah di tahun-tahun mendatang.

PNRE juga berkomitmen mengurangi emisi domestik melalui berbagai inisiatif, seperti meningkatkan efisiensi energi di seluruh operasional, menghilangkan praktik zero flaring, dan menerapkan teknologi penangkapan serta penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization and Storage/CCUS).

“Ini bukan hanya soal mencapai target, tetapi juga tentang bagaimana kami menciptakan bisnis yang sejalan dengan masa depan rendah emisi dan mendukung transisi energi berkelanjutan,” tambahnya.

Dalam kolaborasi dengan mitra internasional seperti ExxonMobil dan perusahaan Jepang, PNRE juga fokus pada pengembangan proyek penyimpanan CO2 dengan memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang tidak aktif di Indonesia. John mengungkapkan bahwa potensi penyimpanan karbon ini bisa mencapai hingga 5 gigaton CO2, yang diharapkan dapat berperan besar dalam mengurangi emisi Indonesia ke depan.

John juga menekankan pentingnya kontribusi Pertamina dalam mendukung acara-acara net zero melalui kompensasi kredit karbon serta mengadopsi sertifikasi net zero untuk kegiatan internal perusahaan.

“Generasi muda kini semakin peduli terhadap pengelolaan risiko lingkungan. Langkah ini menunjukkan bahwa Pertamina tidak hanya berfokus pada keberlanjutan bisnis, tetapi juga pada masa depan yang lebih hijau,” tutupnya.

Melalui berbagai langkah ini, Pertamina memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri energi yang berkomitmen pada keberlanjutan bisnis dan turut aktif dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon. Sebagai perusahaan yang memimpin transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060, dengan mendorong program-program yang mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.

Terkini